ANALISIS FENOMENOLOGIS PUISI
Kisah
Sebelum Tidur
Karya Soni Farid Maulana dalam Antologi Puisi Sehampar Kabut 1
Oleh
Julia Hartini2
Abstrak, penelitian ini
bermula dari permasalahan mengenai temuan makna dalam sebuah puisi yang cukup
sulit ditafsirkan oleh pembaca, Oleh karena itu, agar makna dimengerti oleh
pembaca, perlu adanya suatu analisis kajian fenomenologis agar dapat
diinterpretasikan untuk menemukan makna dalam teks.
Kata
kunci : kajian teori, analisis fenomenologis, makna pusi
PENDAHULUAN
Puisi
merupakan bahasa multidimensional yang mampu menembus pikiran, perasaan dan
imajinasi manusia (Badrun, 1989: 2). Puisi yang dihasilkan selalu memiliki
struktur estetika formal, seperti: bentuknya teratur rapi, mempunyai persajakan
akhir, mempergunakan pola sajak pantun, sebagian besar puisi empat seuntai,
gaya ekspresinya beraliran romantis. Dengan ciri-ciri ekstrinsik: masalah
berhubungan dengan kehidupan, ide nasionalisme, dan cita-cita kebangsaan, ide
keagamaan yang menonjol, bersifat didaktis (Pradopo, 2000).
Analisis
dalam puisi sangat diperlukan, karena setiap puisi mempunyai makna yang
terkandung, baik tersirat maupun tersurat. Tiap unsur dibicarakan sendiri
secara teoritis, agar setiap maksudnya dapat dimengerti secara mendalam
mengenai guna dan efek puitisnya.
[1]
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pengganti UAS dalam mata kuliah Kajian
Pengantar Puisi Indonesia (KPI) yang diampu oleh Rudi Adi Nugroho, M.pd
2 Penulis adalah mahasiswi Prodi S1 Bahasa
dan Sastra Indonesia UPI Angkatan 2010 dengan NIM 1006173
Tidak
menutup kemungkinan sebuah puisi yang terang sekalipun mungkin saja memiliki arti yang lebih
implisit jika dikaji lebih mendalam, artinya ada arti dalam sebuah arti yang
perlu dijelaskan secara rinci dengan suatu pendekatan.
Ketika
menganalisis sebuah puisi ada tiga pilihan cara pendekatan yaitu dengan
pendekatan semiotika, pendekatan fenomenologis, dan pendekatan stilistika.
Pendekatan
analisis yang dilakukan dalam puisi Kisah
Sebelum Tidur dilakukan dengan analisis fenomenologis. Fenomenologis
menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran, dalam
kognitif dan dalam tindakan-tindakan perseptual. Fenomenolog mencari pemahaman
seseorang dalam membangun makna dan konsep kunci yang intersubyektif. Puisi Kisah Sebelum Tidur diambil dari sebuah
buku antologi puisi yang masuk dalam lima besar Khatulistiwa Literary Award
2005-2006 dengan judul buku Sehampar
Kabut yang ditulis oleh Soni farid Maulana.
KAJIAN TEORI
Puisi
itu adalah sebab yang memungkinkan timbulnya pengalaman ( Wellek, 1968: 150). Analisis
puisi berdasarkan fenomenologis terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Masing-masing
norma menimbulkan lapis norma dibawahnya. Rene wellek (1968:151) mengemukakan
analisis Roman Ingarden, seorang filsusf Polandia, di dalam bukunya “Das
Literarische Kunstwerk (1931) ia
menganalisis norma-norma diantaranya lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia imaji
pengarang, lapis dunia yang dilihat dari sudut pandang tertentu yang implisit, dan lapis metafisika.
a.
Lapis Bunyi
Lapis bunyi dalam sajak
adalah semua satuan bunyi yang didasarkan atas konvensi bahasa tertentu. Lapis
bunyi dalam puisi mempunyai tujuan untuk menciptakan efek puitis dan nilai
seni. Mengingat Bunyi dalam sajak bersifat estetik yang berfungsi untuk
mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Dengan kata lain bunyi juga memilki
fungsi sebagai alat penyair untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa,
menimbulkan bayangan angan yang jelas, dan sebagainya. Dalam sejarah
puisi, bunyi pernah menjadi unsur kepuitisan yang paling dominan (utama) pada
sastra Romantik (abad ke-18 dan 19). Bahkan Paul Verlaine, seorang simbolis,
mengatakan bahwa musiklah yang paling utama dalam puisi. Slametmuljana
menambahkan bahwa tiap kata (dalam puisi) menimbulkan asosiasi dan menciptakan
tanggapan di luar arti yang sebenarnya. (Rachmat Djoko Pradopo, 2002; 22).
Lapis bunyi terbagi atas Gaya ulangan bunyi, gaya kiasan bunyi, orkestrasi
bunyi, dan irama.
a. Kakofoni
Kombinasi bunyi yang menimbulkan suara parau. Bunyi konsonan k, p, t, s adalah bunyi yang tak bersuara
yang menimbulkan suara yang parau yang tidak enak didengar,
tajam di telinga, dan menyesakkan dada.
Bunyi Kakofoni dapat dipakai untuk menciptakan
suasana-suasana ketertekanan, keterasingan, kesedihan, syahdu, suram, haru,
pilu, dan sebagainya. Secara visual ragam bunyi ini banyak memakai konsonan
/b/, /p/, /m/, /k/, /h/, /p/, /t/, /s/, /r/, /ng/, /ny/.
b. Efoni
Secara
visual ragam Efoni didominasi dengan penggunaan bunyi-bunyi vokal. Bunyi Efoni
dipakai untuk menghadirkan suasana keriangan, semangat, gerak, vitalitas hidup,
kegembiraan, keberanian dan sebagainya. Efoni biasanya untuk menggambarkan
perasaan cinta atau hal-hal yang menggambarkan kesenangan lainnya. Biasanya efoni ini dapat mendukung atau dapat
mengekspresikan suasana yang menyenangkan, kasih, atau cinta. Akan tetapi
sering juga menimbulkan suasana sedih atau muram bila berkombinasi dengan vokal
yang berat: a, o, u. Terutama bila yang diekspresikan suasana atau peristiwa
yang menyedihkan
Contoh efoni antara lain : berupa kombinasi bunyi-bunyi vokal (asonansi) a, e, i, u, o dengan bunyi-bunyi konsonan bersuara (voiced) seperti b, d, g, j, bunyi liquida seperti r dan l, serta bunyi sengau seperti
Contoh efoni antara lain : berupa kombinasi bunyi-bunyi vokal (asonansi) a, e, i, u, o dengan bunyi-bunyi konsonan bersuara (voiced) seperti b, d, g, j, bunyi liquida seperti r dan l, serta bunyi sengau seperti
m,n,ny,dan
ng.
- Asonansi
- Asonansi
pengulangan bunyi vokal dalam dua atau
lebih daripada dua suku kata yang berurutan dalam baris-baris puisi.
Pengulangan begini menimbulkan kesan kehalusan, kelembutan, kemerduan atau
keindahan bunyi.
-
Aliterasi
Pengulangan bunyi konsonan
yang sama dalam baris-baris puisi; biasanya pada awal kata/perkataan yang
berurutan. Pengulangan seperti itu menimbulkan kesan keindahan bunyi.
b.
Lapis
Arti
Setiap
diksi dalam puisi telah melalui pemilihan kata yang demikian ketat oleh
penyair. Hal itu sangat mungkin disebabkan oleh pemadatan yang menjadi salah
satu ciri puisi. Pemilihan diksi tersebut akhirnya mengakibatkan impresi
tertentu pada pembacanya.
Lapis
arti (units of meaning) ialah arti yang terdapat dalam tiap satuan
sajak. Mulai dari fonem, kata, kalimat dan seterusnya (Rachmat Djoko Pradopo,
2002: 17). Lapis arti terbagi dalam kosakata, citraan, dan sarana retorika.
Dengan menggunakan lapis ini arti dalam tiap diksi bisa semakin dekat dengan
keobjektifan, tentu dengan dihubungkan dengan lapis-lapis lainnya yaitu berupa
latar, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa cerita
atau lukisan.
c.
Lapis
Dunia Imajinasi Pengarang
Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang
ketiga, berupa objek-objek yang dikemukakan,latar, pelaku, dan dunia pengarang.
Dunia pengarang adalah ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si
pengarang. Dalam lapis dunia pengarang puisi yang di kaji di alih bentuk
menjadi prosa yang lebih mudah untuk pembaca pahami.
Penjabaran puisi di ambil dari awal bait sampai
akhir bait tanpa mengubah isinya. Wujud dari lapis ketiga
ialah objek-objek yang dikemukakan di dalam sajak, latar, pelaku dan dunia
pengarang. (Rachmat Djoko Pradopo, 2002; 18).
d.
Lapis
Dunia Dilihat dari Sudut Pandang Tertentu
yang Implisit
Lapis pembentuk
makna dalam sajak ialah lapis ‘dunia’ yang tak dinyatakan, namun sudah
‘implisit’ (Rachmat Djoko Pradopo, 2002; 18-19).
e.
Lapis
Metafisika
Terakhir
dari lapisan pembentuk makna dalam puisi ialah lapis kelima. Lapisan ini
disebut juga lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi (Rachmat
Djoko Pradopo, 2002; 19). Lapis metafisika berupa sifat-sifat metafisis
seperti, tragis, mengerikan, atau menakutkan. Akan tetapi, tidak setiap karya
sastra dalamnya terdapat lapis metafisika seperti itu.
Ketika menganalisis puisi, ada tiga cara yang bisa
dilakukan yaitu: secara semiotik, stilistika, dan analisis fenomenologis. Dalam
menganalisi puisi Soni Farid
Maulana yang berjudul Kisah Sebelum Tidur dapat di gunakan adalah analisis fenomenologis(strata
norma) yang terdiri dari lima lapis yaitu: lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia imajinasi pengarang, lapis dunia
dilihat dari sudut pandang tertentu yang implisit dan lapis metafisika.
ANALISIS FENOMENOLOGIS
a.
Lapis
Bunyi
Bunyi sangat berpengaruh terhadap isi dan makna dalam sebuah puisi. Dalam puisi kisah sebelum tidur karya Soni Farid
Maulana dalam kumpulan puisi Sehampar
Kabut, orkestrasi dominan yaitu bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh
huruf-huruf seperti l/ k / ny / m / p / k / h / t / s /ng adalah huruf-huruf
tak bersuara dipakai untuk menciptakan suasana-suasana
ketertekanan, keterasingan, kesedihan, syahdu, suram, haru, pilu, dan
sebagainya. Hal tersebut dapat di lihat dari kutipan puisi di bawah ini.
KISAH
SEBELUM TIDUR
-Untuk Haiqal Diwan Muhammad
dengarlah
nak, mula dari kisah ini:
berawal
dari deretan rumah serupa barak serdadu
dengan
halaman yang sempit
tetumbuhan sesak
pula bernafas di situ
demikian aku mulai kisah
ini kepadamu,
sebelum
kau lelap tidur di sampingku. Kau tahu
orang
kampung* yang berhalaman luas itu;
memandang
kita serba punya. Bebas dari kejaran utang?
mereka keliru.
Dari bulan ke bulan kita diburu
tagihan bank,
cicilan rumah. Jika malam tiba,
jika tetangga kanan-kiri serempak
menghidupkan
radio,tape recorder, dan televisi dengan suara
yang keras, kau tak berdaya
dibuatnya. Mereka bilang
kita butuh
hiburan di negeri yang gampang marah
2001
*panggilan
orang kampung kampung sering
ditujukan pada penduduk setempat yang tidak menghuni real-estate atau perumahan
BTN, yang pada umumnya adalah para pendatang
Bunyi orkestrasi
yang dominan adalah bunyi kakofoni, sehingga menyebabkan suara yang parau.
Bunyi dalam sebuah puisi dapat mendukung isi puisi tersebut. Dalam puisi ini
terdapat suasana-suasana pilu juga keterasingan.
Bait
satu
pada akhir kata setiap baris pada bait
pertama terdapat kata ini, sedadu,
sempit, dan situ berarti puisi ini berpola a-b-a-b.
dengarlah nak, mula dari kisah ini:
berawal dari deretan rumah serupa barak serdadu
dengan
halaman yang sempit
tetumbuhan sesak pula bernafas di situ
(kutipan puisi kisah sebelum tidur
bait pertama)
b.
Lapis
Arti
Bait
pertama
Barak
serdadu : sebuah tempat tinggal tentara yang di dalamnya tidak ada
barang-barang mewah
Tetumbuhan
sesak : banyak tumbuh-tumbuhan liar yang hidup
Bait
kedua
Orang
kampung : *panggilan orang kampung kampung sering ditujukan pada penduduk setempat yang
tidak menghuni real-estate atau perumahan BTN, yang pada umumnya adalah para
pendatang (catatan penulis)
Kejaran
utang : Hutang yang masih belum bisa dibayar, mengakibatkan seseorang ditagih
terus-menerus
Bait
ketiga
Diburu
: dikejar
Tagihan
bank : uang yang harus dibayar pada badan usaha yang bergerak dibidang keuangan
Bait
keempat
Tak
berdaya : tak ada guna
c.
Lapis
Dunia Imajinasi Pengarang
Objek yang dikemukakan dalam puisi Kisah
Sebelum Tidur adalah barak seradadu, tetumbuhan sesak, halaman yang sempit,
cicilan rumah, tagihan bank, dan kejaran hutang.
Latar waktu yang digunakan adalah
ketika malam hari, diambil dari kutipan “sebelum kau tertidur lelap di
sampimgku”(bait kedua)
Pelaku dalam puisi ini adalah sebagai berikut
:
Kau
: kau yang dimaksudkan adalah seorang anak yang diajak bercerita
Aku:
sebagai pencerita
Mereka
: orang-orang kampung yang sering membicarakan tokoh aku dan tokoh kau
Kita:
tokoh aku dan tokoh kau
Si
aku menceritakan sebuah kisah kepada seorang anak sebelum seorang anak tidur. Bermula dari rumah sederhana dengan
halaman yang sempit dan banyak tetumbuhan liar yang hidup di halaman tersebut.
Si
aku meneruskan kembali kisahnya kepada sang anak, sebelum si anak benar-benar
tertidur di samping tokoh aku. Tokoh aku bercerita Orang kampung (para
pendatang) selalu menganggap bahwa
dirinya adalah seseorang yang serba punya dan terbebas dari kejaran hutang.
Padahal
mereka keliru. Setiap bulan si aku dikejar tagihan hutang, cicilan rumah. Namun
orang-kampung selalu menganggapnya begitu. Ketika malam tiba, para tetangga
membicarakan dirinya.
Orang-orang
kampung sering membicarakan tokoh aku, sehingga tokoh aku menyepertikan mereka
seperti radiotape, televisi yang suaranya terdengar keras sampai ketelinga
mereka. Sehingga tokoh aku dan si anak di buat tak berdaya. Para tetangga
menganggap hal itu adalah sebuah hiburan di negeri ini.
d.
Lapis
Dunia Pengarang Yang Lebih Implisit
Setiap
manusia pasti mempunyai persoalan hidup yang terkadang tidak diketahui bahkan
dimengerti oleh orang lain bahkan orang terdekatnya sekalipun. Manusia tidak
pernah luput akan cobaan sekalipun ia adalah orang yang kaya raya ataupun mempunyai pangkat yang begitu tinggi. Ketika
seseorang terlihat mampu ada segelintir orang yang tidak menyukainya dan mulai
membicarakan kejelekannya, mereka menganganggap itu adalah sebuah hiburan di
negeri ini.
e.
Metafisika
Metafisika
dalam puisi “kisah sebelum tidur karya
Soni Farid Maulana adalah keterasingan seorang manusia. Keterasingan seorang
manusia ini dilihat dari seseorang yang dipojokan dalam lingkungannya sendiri
yang menyebabkan rasa pilu dan sendiri. Kesendirian ini membuat rasa
keterasingan seorang manusia di dalam lingkungan kehidupan sosial. Keterasingan
ini pun bisa terjadi karena ada kecemburuan sosial antar manusia.
KESIMPULAN
Setelah
melakukan analisis fenomenologis, kesimpulan dalam puisi kisah sebelum tidur yang
ditulis oleh Sony Farid Maulana adalah
keterasingan seorang manusia. Bunyi parau dalam puisi ini pun mendukung isi
puisi yang terdapat dalam puisi tentang keterasingan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Djoko
Pradopo, Rahmat. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Farid
Maulana, Soni. 2006. Sehampar Kabut.
Bandung: Ultimus
catatan : tugas kuliah kajian puisi
apasih juleee?? -____-
BalasHapusbagus analisinya
BalasHapusmetafisikaaa 0.0
BalasHapus